Pustakawan Kota Padang Panjang


Breaking News

Wednesday 29 August 2018

Bedah Buku

Hari ketiga dari Pameran Bung Hatta, jika dua hari kemarin terdapatnya pentas seni yang semarak, kali ini terdapat acara yang tak kalah serunya, tak jauh jauh, berhubungan juga sama Bung Hatta, Bedah Buku yang berjudul " Bung Hatta dimata Tiga Putrinya" oleh Prof Dr Meutia Farida Hatta Swasono.

Penampilan sanggar tari dari SMK negeri 2 Bukittinggi menyambut pada tamu undangan serta peserta  yang ikut dalam acara bedah buku dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Perpusnas. Pembacaan Ayat Suci Al Quran oleh Qori (Syafrianto, MA). Pembukaan dilanjutkan oleh Laporan Kepala UPT PPBH Bapak Purwanto, S.IPI lalu sambutan Walikota Bukittingi H.M. Ramlan Nurmantias,SG dan sambutan Kaperpusnas Sekaligus Membuka acara bedah buku. Agar acara diberikan berkah oleh Allah SWT dilanjutkan Doa oleh Syafrianto MA.















Buku ini merupakan catatan pribadi berupa kenangan dan memori tiga putri Bung Hatta, tentang kehidupan mereka bersama sang ayah, dalam buku ini dipaparkan kesaksian mereka bersama bung Hatta, tentang relasi anak-bapak dalam keluarga dan dalam ruang publik. Didalamnya sarat dengan fakta-fakta sejarah bangsa yang tidak diketahui publik, ada juga cerita lucu, gembira, bahkan cerita sedih. Tulisan mereka juga berupaya meluruskan kembali sejarah yang terkait dengan peran bung Hatta yang telah dipelintir oleh karena kepentingan politik pihak tertentu.


Di dalam buku, peran Mohammad Hatta sebagai seorang bapak dihidupkan kembali dengan memori. Menulis kembali sosok bapak adalah bentuk penghormatan seorang anak. Rumah membentuk biografi keluarga, menjadi saksi bisu pengasihan, pengasahan, dan pengasuhan anak-anak. Tempat penuh makna demi menadah bekal menuju masa depan yang kini berhasil terjalani. Meski rumah berubah jadi bangunan asing, mata tubuh dan mata pikiran tiga putri Hatta belajar mengingat bapak mereka dan membangun kembali rumah lama mereka di dalam buku ini.

Tiga perempuan penyandang nama Hatta bersatu dalam buku Bung Hatta, di Mata Tiga Putrinya. Mereka tidak hanya mengingat Hatta sebagai bapak kandung, bapak Proklamator, ataupun bapak Wakil Presiden. Hatta adalah bapak buku yang mencipta anak-anak buku. Hatta jadi tubuh kata yang mewariskan aksara sebagai pengajaran intelektual dan pekerti. Sekalipun bapak banyak pekerjaan, buku-buku selalu ada sebagai pelabuhan waktu.
Sejak kecil, Meutia menyadari kehadiran buku sebagai anggota keluarga dalam bentuk perpustakaan di rumah tinggal mereka, rumah dinas Wakil Presiden RI di Jalan Medan Merdeka Selatan 13 Jakarta Pusat. Meutia memiliki rak tersendiri untuk menyimpan koleksi. Perasaan sentimental terhadap buku dirawat dengan cara memperlakukan buku dengan kehormatan; tidak dicoret, dilipat, atau dibiarkan tercecer sembarangan. Komik Mahabharata garapan R. A. Kosasih dan petualangan Winnetou karya Karl May jadi bacaan favorit. Buku bacaan anak di masa kecil pada akhirnya menjadi penentu pilihan keilmuan. Meutia mengatakan, “Dimulai dari sekadar membaca buku cerita, cara hidup para pelaku yang digambarkan dalam buku cerita itu sampai lama menempel di pikiran saya dan menjadi sumber penting bagi minta saya pada antropologi.”
Namun, rumah di Jalan Medan Merdeka harus ditinggalkan usai pengunduran diri sebagai Wakil Presiden. Keluarga Hatta, termasuk buku-bukunya, berpindah ke rumah di jalan Diponegoro 57 Jakarta Pusat. Rumah itu beratap kata-kata dan bertembok huruf-huruf mengingat ongkos pembangunan berasal dari rezeki menulis. Tahun 1950-an, terjadi penambahan lantai untuk hidup para buku. Halida Nuriah Hatta pun mengakui bahwa buku-buku koleksi bapak jadi bekal berkuliah. “Ayah membantu memilihkan beberapa paragraf yang penting dari buku-buku yang dipilihnya itu dari perpustakaan pribadinya. Buku-buku itu tidak ada yang berbahasa Indonesia. Semuanya dalam bahasa Inggris atau Prancis, karena mengenai pembagian kekuasaan berdasarkan Trias Politica.”
Hatta tidak ingin sekadar ada sebagai pendoa atau penjamin finansial. Keterlibatan dalam pencapaian pendidikan anak-anaknya adalah kewajiban intelektual seorang bapak. Para putri Hatta termasuk anak-anak yang beruntung karena pernah melawat ke luar negeri, entah dalam agenda kenegaraan, undangan belajar, atau berobat. Hatta dan istri lebih sering mengajak anak-anak pergi ke tempat-tempat bersejarah yang akhirnya masih tetap bertaut dengan buku-buku. Gemala mengenang lawatan ke Eropa pada 1963 untuk pengobatan bapak. Di Denmark, Gemala diajak menyambangi rumah pengarang cerita anak, Hans Christian Andersen.

Imajiner
Bagi Hatta bersaudara, Andersen tidak hanya berumah di Eropa. Pelawatan fisik berlanjut ke pelawatan imajiner lewat peristiwa mendongeng pada libur akhir pekan di rumah Megamendung. Gemala mengenang, “Ayah selalu bercerita kepada kami tentang beragam cerita dari berbagai buku cerita, antara lain dari buku dongeng Hans Christian Andersen. Kami menitikkan air mata kalau Ayah menceritakan bagian yang mengharukan atau membuat sedih. Kami juga menjadi sebal dan geram terhadap witch atau tukang sihir perempuan jahat.” Tidak selalu demi urusan serius, buku-buku mengolah rasa memasuki kehidupan yang lain.

Sebagai anak sulung, Meutia memang memiliki porsi penceritaan lebih besar dibanding adik-adiknya. Meutia pun menjadi anak pertama yang menjadi saksi peran bapak sebagai negarawan intelektual. Berlanjut bersama Gemala dan Halida, ada pembiasaan berjumpa tamu-tamu penting, ikut dalam kunjungan kenegaraan, atau terlibat dalam agenda-agenda publik. Mereka sadar bahwa Hatta bukan hanya menjadi milik keluarga secara personal, ia pun milik rakyat Indonesia. Memang membanggakan memiliki bapak seheroik Hatta. Meutia, Gemala, dan Halida pun merasa tidak sungkan menampakkan kemarahan saat ketidakadilan atau kelicikan menyerang bapak.
Mereka sadar, keteladanan tidak berlaku tanpa buku. Sekalipun bapak terlihat sibuk, selalu ada mewaktu bersama buku. Meski ‘bapak buku’mereka telah pergi, buku-buku tidak boleh mati.Ketiga putri Hatta berjanji tidak akan menjual buku-buku, lembar-lembar rumah bersemayam bapak buku. Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya memang tidak lekas selesai mendefinisikan bapak Hatta. Cerita-cerita masih ada tak tertuliskan. Pada saatnya pasti diwariskan pada anak-cucu. Namun, pembaca dibawa yakin bahwa tiga orang perempuan penulis buku ini adalah anak-anak berani menyandang nama Hatta yang akan selalu ditalikan dengan segala bentuk keagungan, kegigihan, kebesaran, dan ketidakputusasaan Sang BapakMenjadi seorang anak dari salah satu proklamator kemerdekaan memang sempat menjadi beban bagi dirinya. Namun, Meutia mampu mengubahnya menjadi motivasi hingga mendorongnya berprestasi dalam kehidupan keluarga dan karirnya. Tak terkecuali bagi karirnya saat ini sebagai seorang menteri. Meutia sendiri merupakan anak sulung dari pasangan (alm.) Mohammad Hatta dan (almh.) Rahmi Rachim. Meutia terlahir dengan nama Meutia Farida pada 21 Maret 1947 di kota Yogyakarta. Ia memiliki dua adik perempuan, yakni Gemala Rabi’ah (54) dan Halida Nuriah (51). Sebagai seorang anak sulung, Meutia memang diberikan tanggung jawab lebih untuk dapat menjaga kedua adiknya tersebut. Tak heran, sifat kepemimpinan sudah tertanam di dalam dirinya sedari kecil.

Seiring dengan diangkatnya sang ayah menjadi seorang wakil presiden selepas memproklamatorkan kemerdekaan Indonesia, Meutia kemudian pindah ke Jakarta dan mulai akrab dengan kehidupan istana. Sejak bayi hingga ia berusia 10 tahun, Meutia menghabiskan waktunya di dalam istana bersama keluarganya. Protokoler istana pun sudah menjadi kebiasaan yang selalu dijalaninya. Meski menyandang anak seorang wakil presiden, Meutia tak lantas tumbuh menjadi seorang wanita yang selalu membangga-banggakan latar belakang keluarganya. Sebaliknya, menyandang seorang anak dari proklamator, justru menjadikan beban sosial tersendiri bagi dirinya. “Menjadi anak Bung Hatta sempat menjadi beban buat saya,” aku Meutia. Meski begitu, rasa terbebani sebagai anak seorang proklamator dihilangkannya dengan cara mengukir prestasi di bidang yang digelutinya.


___________________________________________________________________________________






Penyerahan cenderamata dari perpusnas/UPT PPBH kepada narasumber dan moderator
Foto bersama Kepala Dinas Perpustakaan Padang Panjang (kanan) Alvisena ST, MT




Pemaparan salah satu narasumber 

Launching Buku tentang Bung Hatta karya Dr. Silfia Hanani, M.Si berjudul ''Bung Hatta, Pendidikan dan Karakter"

peraih Juara 1 lomba film singkat bertakjub Bung Hatta


Penyerahan cenderamata dari perpusnas/UPT PPBH kepada narasumber dan moderator

sebagai Moderator Muhammad Fadli , S.Sos,M.I.Kom (kiri) dan narasumber Prof.Dr.Mestika Zed,M.A

penyerahan Buku tentang Bung Hatta karya Dr. Silfia Hanani, M.Si berjudul ''Bung Hatta, Pendidikan dan Karakter" kepada narasumber dan UPT PPBH

Foto bersama Kepala Dinas Perpustakaan Padang Panjang (kanan) Alvisena ST, MT

Foto bersama Kepala Dinas Perpustakaan Padang Panjang (kanan) Alvisena ST, MT











Read more ...

Tuesday 28 August 2018

yuk berkeliling di acara Pameran Bung Hatta di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Bukittingi

salah satu stand pada pameran Bung Hatta

salah satu stand pada pameran Bung Hatta

duduk rapi mengikuti arahan dari buk guru, keseruan acara Pentas seni, saat Pameran Bung Hatta

duduk rapi mengikuti arahan dari buk guru, keseruan acara Pentas seni, saat Pameran Bung Hatta

Tampak Bagian Depan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta

duduk rapi mengikuti arahan dari buk guru, keseruan acara Pentas seni, saat Pameran Bung Hatta

Kuis Berhadiah, keseruan acara Pentas seni, saat Pameran Bung Hatta

Pentas seni, Penampilan Tari

Pentas Seni, Pantomin yang ditampikan oleh siswa sekolah di Bukittinggi






keseruan acara Pentas seni, saat Pameran Bung Hatta, tampak MC membuat acara semakin meriah

keseruan acara Pentas seni, saat Pameran Bung Hatta

terdapat Wall yang berisi sekilas tentang Bung Hatta, terletak di depan Gedung Perpustakaan


berdiri Megah salah satu geung di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta

berdiri Megah Perpustakaan Proklamator Bung Hatta

terdapat Wall yang berisi sekilas tentang Bung Hatta, terletak di depan Gedung Perpustakaan



eksis lagi, jempol nya manaaaa..

berjajar stand stand di pameran Bung Hatta

Stand Pada Hari Kedua

YUk Keep Smile,, 

Pentas Seni, Menampilkan Pantomin

Mobil Pustaka keliling Kota Padang Panjang
Roni Valega, Anggun , Buk Epi, Buk Ayang, berada di Stand Perpustakaan Kota Padang Panjang

Read more ...

Monday 27 August 2018

Pameran Bung Hatta

Tepat hari ini, 116 tahun yang lalu. Lahirlah seorang bayi laki-laki bernama Mohammad Athar, seorang yang hingga kini kita kenang jasa-jasanya, kita ingat nama besarnya, dan kita jadikan tauladan sikap serta kepribadiannya.

Mohammad Athar atau yang lebih sering kita kenal dengan Bung Hatta, lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902.
Ada hal istimewa dari seorang Proklamator Bangsa ini, Bung Hatta.
"Hatta tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka"
Banyak hal yang dapat kita jadikan tauladan, baik sikap, kepribadian, cara pandang dan sifat Bung Hatta. diantaranya Ketegasan dan Kecintaannya pada Rakyat Kecil.

untuk itu dalam rangka memperingati dan memeriahkan HUT Bung Hatta, maka diadakan acara :

Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Padang Panjang juga ikut dalam memeriahkan acara ini dengan membuka sebuah stand pameran, stand pameran ini nantinya akan menampilkan buku buku dan rangkaian kegiatan yang ada di perpustakaan. Dan juga akan mengikut sertakan sebuah mobil perpustakaan keliling Padang panjang, yang nantinya akan mengikuti road show mengelilingi kota Bukittinggi.
Mobil Perpustakaan Keliling dari Padang Panjang


Stand dari Dinas Perpustakaan Kota Padang Panjang diantara stand stand lainnya


keseruan stand pada hari kedua



sesuai jadwal acara, dalam kegiatan Pameran Kegiatan Bung Hatta ini juga menampilkan Pentas seni dari berbagai sekolah yang ada di Bukittingi. pentas seni ini seperti tari tradisional, menyanyi, bercertita rakyat, puisi, fashion show serta keseruan lainnya seperti kuis berhadiah.


engkau pernah ada didunia ini dan engkau telah berbuat untuk bangsa ini
terimakasih untuk mu, semoga engkau tersenyum disana, Bung Hatta.

salam literasi



 
Read more ...
Designed By Ekopry Wahyudi, Amd.